arabic  

Belajar Isim, Fi’il, Huruf – Pengertian, Tanda dan Contohnya

Assalamualaikum warahmatullah Wabarakatuh

Teman-teman sekalian, siswa-i kelas X SMK Salafiyah Kajen yang kami banggakan. Berikut ini kami sajikan ringkasan materi mata pelajaran Bahasa Arab tentang kalimah isim, fi’il dan huruf. Ringkasan ini dapat kalian gunakan untuk persiapan dalam mengikuti Sumatif. Selamat membaca, semoga bermanfaat.

Belajar Isim, Fi’il, Huruf – Pengertian, Tanda dan Contohnya

Dalam bahasa Arab kalimah (kata) terbagi menjadi tiga yaitu: isim, fi’il dan huruf, berikut ini adalah uraiannya yang dapat kita pelajari disertai contohnya.

Pengertian Kalimah Isim

الاِسْمُ هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهَا وَ لَم تَقْتَرِنْ بِزَمَانٍ وَضْعًا

Kalimah isim adalah kalimah yang menunjukkan suatu makna tertentu dan tidak terikat dengan waktu“.

Sederhananya, kalimah isim merupakan kata benda (nomina). Dalam kaidah bahasa Arab semua jenis kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia baik bersifat konkret atau abstrak dikategorikan sebagai kalimah isim. Seperti nama seseorang, hewan, tumbuhan, tempat, dan semua hal yang bisa dibendakan. 

Contoh kalimah isim :

 فَاطِمَةُ (Fatimah), 

أَسَدٌ (Singa), 

نُوْرٌ (Cahaya), 

زَهْرَةٌ (Bunga).

Tanda-tanda Kalimah Isim

Adapun tanda-tanda kalimah isim, Imam Ibnu Malik telah berkata dalam nadzam Al-Fiyyah yang berbunyi :

بِالجَرِّ وَ التَّنْوِيْنِ وَ النِّدَا وَ أََل  |  وَ مُسْنَدٍ لِلْاِسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَل

Dari keterangan bait nadzam di atas, tanda-tanda kalimah isim yaitu :

1. Dengan i’rab jer,

2. Bertanwin,

3. Menjadi munada,

4. Kemasukan alif+lam,

5. Menjadi musnad ilaih.

Download: Kitab Nadhom Alfiyah Ibnu Malik.pdf

1. Patut di i’rabi dengan i’rab jer

Tanda-tanda kalimah isim yaitu patut di i’rabi dengan i’rab jer (بالجرّ), baik dengan huruf (بالحرف), penyandaran (بالإضافة), atau mengikuti kepada kalimah yang terjatuh sebelumnya (بالتّابع).

Contoh isim dengan i’rab jer :

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang).

Pada contoh isim di atas, lafadz بسم dibaca jer sebab dimasuki huruf jer ba’ (ب), lafadz اللّه dibaca jer sebab menjadi mudlaf ilaih, dan lafadz الرّحمن الرّحيم dibaca jer sebab menjadi sifat dari lafadz اللّه.

Diantaranya huruf Jer adalah sebagai berikut :

مِنْ – اِلَى – عَنْ – عَلَى – فِي – رُبَّ – ب – ك – ل

Huruf Jer Dan Artinya

مِنْ  : saking atau dari

اِلَى : marang atau ke…

عَنْ : saking atau dari

عَلَى : ingatase atau di atas

فِي : ing dalem atau di, di dalam

رُبَّ : akeh-akehe atau kebanyakan

ب : kelawan atau dengan

ك : koyo atau seperti

ل: kerono, marang, kedue atau karena, ke…, untuk (milik)

2. Kemasukan tanwin

Kalimah isim dapat diketahui dengan tanda tanwin atau patut kemasukan tanwin. Secara bahasa tanwin adalah bunyi atau suara. Sedangkan secara istilah tanwin adalah nun sukun yang seakan-akan berada pada akhir isim secara pengucapannya, tetapi pisah atau hilang ketika dituliskan dan diwaqofkan.

Dalam ilmu nahwu, tanwin yang menjadi tanda kalimah isim dibagi menjadi 4 macam, yaitu tanwin tamkin, tanwin tankir, tanwin muqobalah, dan tanwin iwadl.

Contoh isim dengan tanwin :

رَجُلٌ (orang laki-laki), أَبٌ (bapak).

Baca juga : Pengertian Tanwin dan Pembagiannya dalam Ilmu Nahwu

3. Kemasukan huruf nida’

Termasuk tanda kalimah isim yaitu kemasukan huruf nida’ atau menjadi munada. Karena kalimah-kalimah yang bisa dimasuki huruf nida’ hanyalah kalimah isim. Tanda ini menjadi tanda yang khas bagi kalimah isim itu sendiri.

Contoh isim kemasukan huruf nida’ :

يَا مُحَمَّدُ (wahai Muhammad).

4. Kemasukan al ta’rif

Al ta’rif adalah al (ال) yang berfungsi untuk mema’rifatkan suatu kalimah. Dengan begitu, jika kalimah isim ditandai dengan al ta’rif ini, maka statusnya berubah dari yang semula nakirah menjadi ma’rifat.

Contoh isim kemasukan al ta’rif :

رَجُلٌ (bersifat umum) ketika dimasuki ال menjadi الرَّجُلُ (bersifat tertentu).

5. Menjadi musnad ilaih

Artinya yang disandarkan kepadanya, yaitu musnad (sandaran atau yang menjadi sandaran), kemudian kaitan keduanya disebut sebagai isnad. Sederhananya, yang disebut sebagai subyek dan predikat dalam bahasa Indonesia.

Contoh isim menjadi musnad ilaih :

نَصَرَ خَالِدٌ / خَالِدٌ نَصَرَ (Khalid menolong / Khalid orang yang menolong).

Pada contoh tersebut kedudukan خالد sebagai musnad ilaih, dan نصر sebagai musnadnya.

Jenis-jenis Kalimah Isim

1. Berdasarkan jumlah bilangannya

isim dibagi menjadi tiga jenis, yaitu isim mufrad, isim mutsanna, dan isim jamak.

  • isim mufrad (adalah isim yang menunjukkan jumlah satu atau tunggal.) contoh ;

قَلَمٌ
Qolamun artinya sebuah pulpen.
كِتَابٌ
Kitabun artinya sebuah buku.
مُسْلِمٌ
Muslimun artinya orang Islam atau seorang Muslim.
مُؤْمِنٌ
Mukminun artinya seorang yang beriman.
  • Isim mutsanna disebut juga dengan isim tasiyyah dan menunjukkan jumlah dua atau ganda. Contohnya ;
مُـسْـلِـمَانِ atau مُسْــلِـمَـيْنِ
Muslimaani atau muslimaini Artinya dua Muslim
مُسْـلِـمَــتَـانِ atau مُـسْلِـمَـتَـيْـنِ
Muslimataani atau muslitaini artinya dua Muslimah.
Berikut bentuk contoh bentuk kalimat isim mutsanna yaitu:
نَامَ الطِّفْلَانِ
Na maa thiflaani artinya dua anak kecil tertidur.
قَرَأَ الطَّالِبَانِ الكِتَابَ
Qaraa ath thaalibaanil kitaba artinya dua orang siswa membaca buku
سَافَرَ الوَالِدَانِ لِلْعُمْرَةِ
Saa faraa waalidaanil ngumroti artinya Ayah Ibu pergi umrah.
  • Isim Jamak adalah jenis isim yang menunjukkan jumlah lebih dari dua. isim jamak dibagi menjadi tiga macam, yaitu jamak muzakkar salim, jamak muannas, dan jamak taksir. Berikut penjelasan singkat ketiganya:

    Jamak muzakkar salim

      Isim jenis ini merupakan bentuk beraturan isim jamak untuk jenis mudzakar. 

        Contohnya:

          اَلصَّالِحُوْنَ

            Assholihuuna artinya orang-orang sholih.

              المُؤْمِنُوْنَ

                Almukminuuna artinya orang-orang mukmin.

                  Jamak Muannats Salim

                    Jenis isim jamak beraturan untuk jenis muannats.

                        Contonya:

                          الطَّالِبَاتُ

                            Athoolibatu artinya para pelajar wanita.

                              الْمُعَلِّمَاتُ

                                Almuallimatu artinya para guru wanita.

                                  الطَّابِيْبَاتٌ

                                    Atthibiibatu artinya para dokter wanita.

                                      Isim Jamak Taksir

                                        Isim jamak taksir adalah jenis isim jamak tidak beraturan. Isim jamak ini tidak memiliki ciri khusus seperti kedua isim jamak lainnya. Untuk mengetahui jenis jamak Taksir adalah dengan Kamus Bahasa Arab. Contoh isim jamak taksir yaitu:

                                          اَقْلَامٌ

                                            Aqlaamun artinya bullpen-bulpen.

                                              الطُّلَّابُ

                                                Athoolibun artinya murid-murid.

                                                  الْجِبَالٌ

                                                    Aljibaalun artinya gunung-gunung.

                                                    2. Isim Dhomir
                                                    Dhamir secara bahasa bermakna kata ganti. Isim dhamir berfungsi untuk menggantikan isim zhahir (isim yang nampak). berikut ini adalah tabel macam-macam isim dhomir ;

                                                    Pengertian Kalimah Fi’il

                                                    الفِعْلُ هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِى نَفْسِهَا وَ اقْتَرَنَتْ بِزَمَانٍ وَضْعًا

                                                    Kalimah fi’il adalah kalimah yang menunjukkan suatu makna tertentu dan terikat oleh waktu“.

                                                    Macam Macam Fi’il

                                                    Fi’il terbagi menjadi 3, menurut pembagian yang paling populer, yaitu Fi’il madhi

                                                    1. Fi’il madhi 

                                                    (Bahasa Arab: فعل ماضي) adalah kata kerja yang menunjukkan peristiwa di masa lalu.Contoh fi’il madhi sebagai berikut:

                                                    • حَضَرَ artinya telah hadir.
                                                    • نَامَ artinya telah tidur.
                                                    • قَامَ artinya telah berdiri.
                                                    • جَلَسَ artinya telah duduk.
                                                    • قَرَأَ artinya telah membaca.
                                                    • اَكْرَمَ artiya telah memuliakan.

                                                    2. Fiil mudhori 

                                                    adalah kata kerja yang merujuk pada pekerjaan atau peristiwa yang sedang terjadi atau akan terjadi. Sehingga fiil mudhori menunjukkan zaman sekarang (hal) dan zaman yang akan datang (istiqbal) Fi’il mudhari pasti diawali dengan salah satu dari 4 huruf mudhara’ah yang terkumpul dalam lafadz anaitu (اَنَيْتُ).

                                                    Contohnya:
                                                    يَحْضُرُ
                                                    يَنَامُ
                                                    يَقُوْمُ
                                                    يَجْلِسُ
                                                    يَقْرَأُ
                                                    يُكْرِمُ
                                                    Menurutnya, perubahan ini disesuaikan dengan enam kata ganti yang telah disebutkan di awal, yakni أنا، أن َت، أن ِت، هو، هي، نحن. Agar lebih memahaminya, simak contoh berikut:

                                                    3. Fi’il amr 

                                                    Yaitu: kalimat /lafadz yang menunjukan pekerjaan baru, yang bersamaan dengan zaman mustakbal (waktu yang akan datang), dan menunjukan makna perintah. contohnya Fi’il Amr adalah sebagai berikut :
                                                    اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ
                                                    Artinya: “Bekerjalah untuk akhiratmu (lk)”
                                                    اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ
                                                    Artinya: “Bekerjalah untuk akhiratmu (pr)”
                                                    اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا
                                                    Artinya: “Bekerjalah untuk akhirat kamu berdua”
                                                    اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ
                                                    Artinya: “Bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)”
                                                    اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ
                                                    Artinya: “Bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)”

                                                    Tanda-tanda Kalimah Fi’il

                                                    Adapun tanda-tanda kalimah fi’il yaitu :

                                                    1. Bertemu ta’ fa’il,

                                                    2. Bertemu ta’ ta’nis sakinah,

                                                    3. Bertemu ya’ fa’ilah,

                                                    4. Kemasukan nun taukid.

                                                    بِتَا فَعَلْتَ وَ أَتَتْ وَ يَفْعَلِى  |  وَ نُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْلٌ يَنْجَلِى

                                                    1. Bertemu ta’ fa’il atau ta’ mutaharrik

                                                    Tanda kalimah fi’il yaitu patut bertemu dengan ta’ fa’il atau ta’ mutaharrik, isyaroh bait ‘‘بتاء فعلت’’. Ta’ fa’il adalah ta’ berharakat yang menunjukkan pelaku suatu pekerjaan, yang terletak pada akhir fi’il madhi. Jika ta’ fa’il berharakat dhammah untuk mutakallim (تُ), jika berharakat fathah untuk mukhotob (تَ), jika berharakat kasrah maka untuk mukhotobah (تِ).

                                                    تَاءُ الفَاعِلِ هِيَ الضَّمِيْرُ المُتَحَرِّكُ الَّذِيْ يُلْحَقُ بِآخِرِ الفِعْلِ المَضِي وَ هِىَ المَضْمُومَةُ لِلْمُتَكَلِّمِ وَ المَفْتُوْحَةُ لِلْمُخَاطَبِ وَ المَكْسُوْرَةُ لِلْمُخَاطَبَةِ

                                                    Contoh fi’il bertemu ta’ fa’il/mutaharrik :

                                                    نَصَرْتُ خَالِدًا (saya telah menolong Khalid).

                                                    ضَرَبْتَ زَيْدًا (kamu (lk) telah memukul Zaid).

                                                    أَكَلْتِ خُبْزِى (kamu (pr) telah memakan rotiku).

                                                    2. Bertemu dengan ta’ ta’nits sakinah

                                                    Tanda kalimah fi’il yang kedua adalah bertemu dengan ta’ ta’nis sakinah, isyaroh bait ‘‘و أتت’’. Yaitu ta’ yang menunjukkan jenis kelamin wanita.

                                                    Contoh fi’il bertemu ta’ ta’nits :

                                                    قَرَئَتْ كِتَابًا (dia (pr) membaca buku/kitab).

                                                    Penyebutan kata sukun (الساكنة) pada ta’ ta’nis dimaksudkan untuk membedakan dengan ta’ ta’nis berharokat yang bisa masuk pada kalimah isim dan kalimah huruf.

                                                    Contoh ta’ ta’nits berharakat :

                                                    هٰذِهِ مُسْلِمَةٌ (ini orang Islam (pr)), وَلَاتَ سَاعَةَ مَنْدَمِ (tidak ada waktu penuh penyesalan).

                                                    3. Bertemu ya’ fa’ilah

                                                    Ya’ fa’ilah adalah tanda kalimah fi’il yang berfungsi untuk menunjukkan jenis kelamin wanita, isyaroh bait ‘‘وياء إفعلى’’. Jenis ya’ ini dapat kita temuakan pada fi’il amr dan fi’il mudlari’.

                                                    Contoh fi’il bertemu ya’ fa’ilah :

                                                    تَعَلَّمِي (belajarlah (pr)), يَفْتَحِيْنَ بَابًا (engkau (pr) akan membuka gerbang).

                                                    4. Bertemu nun taukid

                                                    Tanda fi’il yang terakhir yaitu patut bertemu dengan nun taukid, isyaroh bait ‘‘و نون أقبلنّ’’, baik itu nun taukid tsaqilah (berat), yaitu nun taukid yang berat saat diucapkan sebab bertasydid, dan nun taukid khafifah (ringan), yaitu nun taukid yang ringan saat diucapkan sebab tidak bertasydid. Nun taukid ini mempunyai fungsi sebagai pentaukid atau penguat kalimah yang dimasukinya.

                                                    Contoh fi’il bertemu nun taukid :

                                                    لَنُخْرِجَنَّكَ يَاشُعَيْبُ (pasti kami akan mengusirmu wahai syu’aib), لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ (sungguh kami akan tarik ubun-ubunnya).

                                                    Pengertian Kalimah Huruf

                                                    Kalimah huruf adalah kalimah yang bisa mempunyai makna sebab disambung dengan kalimah lainnya. Artinya jika tidak disambung dengan kalimah lain, maka kalimah huruf tidak mempunyai arti apa-apa.

                                                    الحَرْفُ هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي غَيْرِهَا

                                                    Tanda-tanda Kalimah Huruf

                                                    Adapun tanda-tanda kalimah huruf yaitu tidak adanya tanda-tanda dari kalimah isim dan fi’il. Seperti ba’ huruf jer, yang sama sekali tidak memiliki tanda-tanda dari kalimah isim dan fi’il, maka patut disebut sebagai kalimah huruf. Contoh lainnya seperti huruf لَمْ, yaitu huruf yang masuk pada fi’il, yang berfungsi menjazemkan fi’il. Disebut kalimah huruf sebab tidak adanya indikasi isim dan fi’il yang diperlihatkannya. Dan lain-lain.

                                                    Pembagian Kalimah Huruf

                                                    Dalam kaidah ilmu nahwu, kalimah huruf dibagi menjadi dua macam, yaitu :

                                                    1. Kalimah huruf mukhtash (khusus),

                                                    2. Kalimah huruf ghairu mukhtash (umum).

                                                    1. Huruf mukhtash

                                                    Adalah kalimah huruf yang bersifat khusus pada suatu kalimah tertentu. Kalimah huruf jenis ini kemudian dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu khusus masuk pada isim (mukhtash bil ismi) seperti مِنْ، إِلى، فِي، عَنْ، عَلَى, dan khusus masuk pada fi’il (mukhtash bil fi’li), seperti لَمْ، لَنْ، كَي، لَمَّا، إِذَنْ.

                                                    Contoh huruf mukhtash :

                                                    أُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ (tuntutlah ilmu dari mulai lahir sampai ke liang lahad (meninggal).

                                                    لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدُ ((Allah) tidak beranak dan tidak melahirkan pula).

                                                    2. Huruf ghairu mukhtash

                                                    Adalah huruf yang dapat masuk baik pada kalimah isim maupun kalimah fi’il. Seperti هَلْ dan ثُمَّ. Kedua kalimah huruf tersebut dapat masuk pada isim dan fi’il, tidak dikhususkan harus masuk pada kalimah tertentu seperti halnya huruf jer فِى.

                                                    Contoh huruf ghairu mukhtash :

                                                    هَلْ أَقْرَأُ عَلَيْهَا مِنْكَ السَّلَامَ ؟ (Maukah kusampaikan salammu kepadanya?).

                                                    Demikianlah penjelasan seputar pengertian kalimah isim, fi’il, huruf dan tandanya. Semoga apa yang saya tulis ini bisa membantu para pembaca dalam memahami kaidah-kaidah bahasa Arab. Sekian dan terima kasih atas kunjungannya.

                                                    Tinggalkan Balasan

                                                    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *